Sumba Barat Daya – Langkah Fransiscus Go dalam mengembangkan pertanian hidroponik di Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), Nusa Tenggara Timur (NTT), membuahkan hasil luar biasa. Dimulai pada tahun 2024, program yang melibatkan ratusan siswa SMP dan SMK Pertanian Kasimo ini kini telah menunjukkan dampak nyata.
Ketua Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura (ATPH) SMK Kasimo, Enos Bulu Ele, mengungkapkan bahwa sejak program hidroponik ini berjalan pada Oktober 2024, kebun hidroponik sekolah sudah delapan kali melakukan panen berbagai jenis sayuran berkualitas tinggi.
“Terima kasih kepada Bapak Fransiscus Go. Berkat bantuan beliau, kami bisa merasakan manfaat besar dari kebun hidroponik ini. Sudah delapan kali kami panen sayuran dengan hasil yang sangat baik,” ujar Enos saat ditemui di SMK Kasimo, Sabtu (26/4).
Enos juga menjelaskan bahwa selama proses berjalan, tidak ada kesulitan besar yang dihadapi siswa maupun guru pendamping. Hambatan yang muncul seperti serangan hama dan penyumbatan sirkulasi air dapat mereka atasi dengan cepat.
“Kesulitan hanya muncul kalau kami lambat menangani hama atau penyumbatan sirkulasi. Tapi Puji Tuhan, itu semua bisa kami lewati,” tambahnya.
Sementara itu, Melkianus Walla, siswa kelas 12 Jurusan Pertanian, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari program ini. Selain memahami teknik tanam baru, para siswa juga memperoleh tambahan penghasilan dari hasil penjualan sayur hidroponik ke masyarakat sekitar.
“Dengan pola tanam hidroponik yang berbeda, kami jadi lebih semangat belajar. Kami juga bisa mendapatkan uang tambahan dari hasil penjualan sayur,” kata Melkianus.
Kehadiran rumah pertanian hidroponik di SMK Kasimo dinilai mampu memperkenalkan pola pertanian modern yang lebih efisien, menghasilkan tanaman sehat, dan meningkatkan kualitas pendidikan pertanian di SBD.
Melihat komitmen dan semangat para siswa, Fransiscus Go menyatakan bahwa bantuan kepada SMK Kasimo tidak akan berhenti sampai di sini. Dalam waktu dekat, ia berencana menyalurkan bantuan tambahan berupa kandang ayam dan ayam petelur untuk mendukung praktik pembelajaran dan kewirausahaan siswa.
“Kami ingin para siswa tidak hanya belajar, tapi juga berwirausaha sejak dini,” tegas Fransiscus Go.
Langkah ini diharapkan mampu mencetak generasi muda pertanian yang inovatif dan mandiri, serta menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya di wilayah NTT. (*)