Berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), Desa Kapan di Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), memiliki topografi yang sangat cocok untuk ditanami kopi. Kondisi geografis ini memungkinkan berbagai varietas kopi tumbuh dengan baik, mulai dari Coffea Arabica dengan cita rasa asam, Robusta dengan rasa pahit, hingga hasil persilangan keduanya yakni Liberica.
Semakin tinggi topografi suatu daerah, maka semakin baik pula kualitas kopi yang dihasilkan. Namun, faktor pemilihan varietas menjadi salah satu kunci utama untuk menjaga mutu sekaligus keberlanjutan industri kopi. Hal tersebut diungkapkan oleh pengusaha asal Timor yang sukses di Jakarta, Fransiscus Go, saat mengunjungi langsung perkebunan kopi warga di Kapan.
Menurutnya, kopi Kapan sudah dikenal luas karena cita rasa dan aroma khas yang dimilikinya. Keunggulan inilah yang membuatnya memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara profesional. Frans menegaskan, jika dikelola dengan baik, kopi Kapan bisa memberikan nilai tambah yang tinggi, tidak hanya bagi petani tetapi juga untuk daerah.
“Kopi Kapan di Soe memiliki cita rasa yang khas dan sudah banyak dikenal. Sangat potensial untuk dikembangkan. Jika digarap serius, kopi ini bisa memberikan keuntungan besar dari sisi bisnis, dengan nilai tambah yang masih banyak bisa digali,” ujarnya usai meninjau perkebunan kopi di Kapan, baru-baru ini.
Lebih lanjut, Frans Go mengingatkan para petani agar tidak hanya berhenti pada penjualan biji mentah. Menurutnya, tahap pengolahan pascapanen sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan nilai jual kopi. Proses fermentasi, roasting, hingga pengemasan yang menarik menjadi langkah strategis yang perlu diperhatikan.
Dengan pengolahan yang baik, kopi Kapan tidak hanya dipandang sebagai komoditas, melainkan bisa menjadi produk dengan identitas dan merek dagang tersendiri. Branding ini akan membawa nama baik daerah, sekaligus memperluas pangsa pasar.
Frans menekankan, nilai tambah dari pengolahan kopi dapat meningkatkan pendapatan petani sekaligus membuka peluang usaha baru. Generasi muda di Soe juga bisa terlibat dalam rantai usaha ini, baik di bidang produksi, distribusi, maupun pemasaran.
Menurutnya, kopi tidak sekadar hasil kebun, melainkan dapat menjadi ikon ekonomi kreatif dari Nusa Tenggara Timur. Dengan manajemen yang tepat, kopi Kapan bisa bersaing dengan produk kopi dari daerah lain di Indonesia.
“Kopi Kapan punya masa depan cerah. Selain mengangkat kesejahteraan petani, kopi ini juga bisa menjadi simbol kebanggaan daerah. NTT bisa dikenal bukan hanya karena alamnya yang indah, tetapi juga karena kopi khasnya yang berkualitas,” tegas Frans Go.