KUPANG – Masyarakat bersama Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) tengah merayakan ulang tahun ke-103 Kota Kefamenanu dengan penuh kemeriahan. Momentum ini menjadi ajakan Bupati TTU, Yoseph Falentinus Delasalle Kebo, agar seluruh elemen masyarakat bergandengan tangan membangun daerah secara berkelanjutan.
Ajakan tersebut disambut positif Yayasan Felix Maria Go (YFMG). Di bawah kepemimpinan Fransiscus Go, yayasan ini mulai melakukan langkah nyata dengan memberdayakan sebuah kampung bernama Kuan Maumolo. Wilayah yang telah lama menghadapi kekeringan itu kini mendapatkan sentuhan pembangunan yang berfokus pada infrastruktur pengairan.
Langkah awal yang dilakukan YFMG adalah pembuatan sumur bor di beberapa titik strategis. Air dari sumur bor tersebut ditampung di reservoar sebelum dialirkan ke rumah-rumah warga dan areal pertanian. Kehadiran air bersih ini membawa dampak signifikan, membuat kehidupan masyarakat Maumolo kembali bergeliat.
Pembangunan sumur bor dilakukan bukan tanpa alasan. Dulu, Kuan Maumolo dikenal sebagai sentra produksi sayur-sayuran dan buah-buahan yang dipasarkan ke sejumlah pasar di Kota Kefamenanu. Namun, kondisi kekeringan dalam beberapa tahun terakhir membuat aktivitas pertanian terhambat.
Fransiscus Go menegaskan bahwa pemberdayaan Kuan Maumolo merupakan wujud nyata semangat membangun dari akar. Menurutnya, desa adalah sumber kekuatan bangsa, sehingga masyarakat harus dilibatkan dalam pengembangan ekonomi kreatif, peningkatan keterampilan, hingga pemanfaatan potensi alam.
Selain itu, Fransiscus melihat Kuan Maumolo memiliki kekayaan budaya dan sumber daya yang luar biasa. Dengan pendampingan yang tepat, desa ini diharapkan tidak hanya menjadi tempat tinggal, melainkan juga pusat pertumbuhan ekonomi dan sosial. Ia menekankan pentingnya menumbuhkan kemandirian masyarakat desa agar sejahtera dan bangga dengan identitasnya sendiri.
Kampung Maumolo sendiri berada di Kelurahan Bansone, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten TTU. Desa ini dihuni sekitar 900 kepala keluarga dengan mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian. Meski berada di wilayah perkotaan, Maumolo masih menghadapi tantangan sosial-ekonomi cukup berat.
Tingkat kemiskinan di Maumolo masih tinggi, dipengaruhi keterbatasan pendidikan, lapangan kerja, serta tingginya tanggungan keluarga. Kekeringan membuat banyak warga harus membeli air tangki untuk kebutuhan sehari-hari. Hal ini berdampak langsung pada turunnya produktivitas lahan pertanian.
Dari sisi pendidikan, Maumolo memiliki SD Negeri Maumolo dan SMP Satu Atap Negeri Maumolo yang menjadi tumpuan generasi muda setempat. Namun, keterbatasan sarana dan prasarana masih menjadi tantangan besar. Dengan adanya inisiatif YFMG, masyarakat berharap kebangkitan Maumolo dapat dimulai dari akses air hingga peningkatan kualitas hidup warganya.