NTT – 24 September diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Peringatan ini menjadi momen penting bagi para petani Indonesia untuk menyuarakan harapan agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan mereka. Selama 65 tahun perayaan ini berlangsung, pertanyaan besar masih menggema: apakah petani benar-benar sudah sejahtera?
Sebagai negara agraris, Indonesia sangat bergantung pada sektor pertanian. Perekonomian nasional ditopang oleh hasil kerja keras petani, sekaligus menjadi penyangga ketahanan pangan. Namun, ironi masih terasa karena kerja keras mereka belum sepenuhnya dihargai.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 mencatat, sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) justru menurun. Padahal, Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang seharusnya mampu mendukung perekonomian bangsa. Kondisi ini menambah keprihatinan di kalangan petani.
Masalah lain yang kerap dihadapi petani adalah harga komoditi yang merosot akibat praktik impor yang dinilai lebih menguntungkan. Selain itu, kelangkaan pupuk akibat ulah spekulan semakin memperberat beban mereka. Situasi ini membuat Hari Tani Nasional bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga refleksi panjang perjalanan kaum tani.
Di tengah kondisi tersebut, semangat berbeda justru ditunjukkan Fransiscus Go. Ia aktif menekuni sektor agrobisnis sekaligus mengajak anak muda di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menjadi petani milenial. Upaya ini dilakukan mulai dari Manggarai hingga Timor Timur dengan memberikan pendampingan langsung.
Salah satu anak muda yang terinspirasi adalah Peter Salem dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Ia berhasil mengembangkan usaha pertanian sayur dan cabai hingga menembus pasar di Kota Kupang. Peter menyebut keberhasilannya berkat motivasi dan dukungan dari Fransiscus Go.
Peter mengungkapkan, bantuan berupa bibit, sayuran, dan buku motivasi wirausaha dari Fransiscus Go menjadi modal besar bagi dirinya. Buku *Berani Melangkah* yang diberikan kepadanya mengajarkan kiat-kiat menjadi wirausaha muda kreatif tanpa batas. Hal itu membuat Peter semakin bersemangat mengembangkan pertaniannya.
Kini, Peter sudah membuka lahan pertanian seluas empat hektar. Ia meyakini tanah TTS yang subur memiliki peluang besar untuk mengembangkan pertanian modern. Menurutnya, dukungan Fransiscus Go bukan hanya materi, tetapi juga bentuk penghargaan bagi generasi muda petani.
Kisah serupa juga datang dari Robertus Irwan Obo, petani muda asal Manggarai. Ia menyatakan rasa bangga atas perhatian Fransiscus Go terhadap generasi muda dan sektor pertanian. Baginya, kehadiran tokoh motivator sangat penting untuk menumbuhkan semangat bertani di kalangan anak muda NTT.
Iwan menilai, tidak semua orang sukses di perantauan mau kembali membangun daerah asal. Namun, Fransiscus Go membuktikan diri sebagai sosok yang peduli terhadap petani dan pelaku UMKM di NTT. Kepedulian ini menjadi cahaya inspirasi bagi generasi muda yang ingin berjuang di bidang pertanian.
Sebagai ketua Bajaga Kabupaten Manggarai sekaligus ketua Komunitas Sahabat Tani Go, Iwan menegaskan bahwa Hari Tani Nasional harus menjadi momentum kebangkitan pertanian di NTT. Ia mengajak generasi muda melihat pertanian sebagai jalan menuju kesejahteraan. Menurutnya, dengan dukungan tokoh seperti Fransiscus Go, para petani muda semakin optimistis menyongsong masa depan.
Hari Tani Nasional tahun ini tidak hanya menjadi simbol peringatan, tetapi juga wujud nyata harapan. Di tengah berbagai keterbatasan, muncul semangat baru dari anak-anak muda NTT yang memilih bertani sebagai jalan hidup. Kehadiran sosok motivator seperti Fransiscus Go menegaskan bahwa pertanian bukan sekadar profesi, melainkan peluang besar untuk membangun bangsa.